Latest Movie :
Recent Movies

budidaya buah naga dengan baik dan benar



Memilih bibit buah naga

Tanaman buah naga bisa diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Cara generatif yaitu memperbanyak tanaman dari biji. Benih diambil dengan cara mengeluarkan biji dari buah naga terpilih. Cara ini sedikit sulit dan biasanya dilakukan oleh para penangkar berpengalaman.
Cara vegetatif relatif lebih banyak dipakai karena lebih mudah. Budidaya buah naga dengan cara vegetatif lebih cepat menghasilkan buah. Selain itu, sifat-sifat tanaman induk bisa dipastikan menurun pada anaknya. Berikut ini langkah-langkah penyetekkan buah naga:

  • Penyetekkan dilakukan terhadap batang atau cabang tanaman yang pernah berbuah, setidaknya 3-4 kali. Hal ini berguna agar hasil setek bisa berproduksi lebih cepat dan produktivitasnya sudah ketahuan dari hasil buah terdahulu.
  • Pilih batang yang berdiameter setidaknya 8 cm, keras, tua, berwarna hijau kelabu dan sehat. Semakin besar diameter batang akan semakin baik, karena batang tersebut akan jadi batang utama tanaman.
  • Pemotongan dilakukan terhadap batang yang panjangnya sekitar 80-120 cm. Jangan dipotong semua, sisakan sekitar 20%, bagian yang 80% akan dijadikan calon bibit.
  • Potong-potong batang calon bibit dengan panjang sekitar 20-30 cm. Ujung bagian atas dipotong rata, sedangkan pangkal bawah yang akan ditancapkan ke tanah dipotong meruncing. Gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar.
  • Potongan setek harus memiliki setidaknya 4 mata tunas. Panjang setek bisa lebih pendek namun konsekuensinya akan berpengaruh pada kecepatan berbuah.
  • Biarkan batang setek yang telah dipotong-potong tersebut hingga getahnya mengering. Apabila langsung ditanam getah yang masih basah bisa menyebabkan busuk batang. Untuk menghindari resiko serangan jamur batang setek bisa di celupkan pada larutan fungisida.
  • Siapkan bedengan atau polybag untuk menanam setek-setek tersebut. Untuk campuran tanah atau media tanamnya silahkan lihat cara membuat media persemaian.
  • Siram bedengan atau polybag yang telah diisi dengan media tanam. Kemudian tancapkan bagian yang runcing dari setek kedalam media tanam sedalam 5 cm.
  • Berikan naungan atau sungkup untuk melindungi setek tersebut. Lakukan penyiraman sebanyak 2-3 hari sekali.
  • Setelah 3 minggu, tunas pertama mulai tumbuh dan naungan atau sungkup harus dibuka agar bibit mendapatkan cahaya matahari penuh.
  • Pemeliharaan bibit biasanya berlangsung hingga 3 bulan. Pada umur ini tinggi bibit berkisar 50-80 cm.

Persiapan budidaya buah naga

Kebutuhan bibit untuk budidaya buah naga seluas satu hektar sekitar 6000-1000 bibit. Jumlah bibit yang diperlukan tergantung pada metode tanam dan pengaturan jarak tanam. Kali ini alamtani membahas metode budidaya buah naga dengan tiang panjat tunggal. Dengan sistem ini dibutuhkan tiang panjat sebanyak 1600 batang dengan kebutuhan bibit tanaman sebanyak 6400 bibit per hektar.

a. Pembuatan tiang panjat

Dalam budidaya buah naga tiang panjat sangat diperlukan untuk menopang tumbuhnya tanaman. Tiang panjat biasanya dibuat permanen dari beton. Bentuk tiangnya bisap pilar segi empat atau silinder dengan diameter sekitar 10-15 cm.
Tinggi tiang panjat untuk budidaya buah naga biasanya 2-2,5 meter. Tiang tersebut ditanam sedalam 50 cm agar kuat berdiri. Di ujung bagian atas diberikan penopang berupa batang kayu atau besi membentuk ‘+’. Kemudian tambahkan besi berbentuk lingkaran atau bisa juga ban motor bekas. Sehingga bagian ujung atasnya berbentuk seperti stir mobil.
Buatlah tiang panjat tersebut secara berbaris, jarak tiang dalam satu baris 2,5 meter sedangkan jarak antar baris 3 meter. Jarak ini juga sekaligus menjadi jarak tanam. Di antara barisan buat saluran drainase sedalam 25 cm.

b. Pengolahan tanah

Setelah tiang panjat disiapkan, buatlah lubang tanam dengan ukuran 60×60 cm dengan kedalaman 25 cm. Posisi tiang panjat persis terletak ditengah-tengah lubang tanam tersebut.
Campurkan 10 kg pasir dengan tanah galian untuk menambah porositas tanah. Tambahkan pupuk kompos atau pupuk kandang yang telah matang sebanyak 10-20 kg. Tambahkan juga dolomit atau kapur pertanian sebanyak  300 gram, karena buah naga memerlukan banyak kalsium. Aduk bahan-bahan tersebut hingga merata.
Timbun kembali lubang tanam dengan campuran media di atas. Kemudian siram dengan air hingga basah tapi jangan sampai tergenang. Biarkan lubang tanam yang telah ditimbun kembali tersinari matahari dan mengering.
Setelah 2-3 hari, berikan pupuk TSP sebanyak 25 gram. Pemberian pupuk melingkari tiang panjat dengan jarak sekitar 10 cm dari tiang. Biarkan selama kurang lebih 1 hari. Kini lubang tanam siap untuk ditanami.

Penanaman bibit buah naga

Untuk satu tiang panjat dibutuhkan 4 bibit tanaman buah naga. Bibit ditanam mengitari tiang panjat, jarak antar tiang panjat dengan bibit tanaman sekitar 10 cm. Bibit dipindahkan dari bedeng penyemaian atau polybag. Gali tanah sedalam 10-15 cm, atau disesuaikan dengan ukuran bibit. Kemudian bibit diletakkan pada galian tersebut dan ditimbun dengan tanah sambil dipadatkan.
Setelah ke-4 bibit ditanam, ikat batang bibit tanaman tersebut sehingga menempel pada tiang panjat. Lakukan pengikatan setiap tanaman tumbuh menjulur sepanjang 20-30 cm. Pengikatan jangan terlalu kencang untuk memberi ruang gerak pertumbuhan tanaman dan agar tidak melukai batang.

Pemupukan dan perawatan

a. Pemupukan

Pada masa awal pertumbuhan pupuk yang dibutuhkan harus mengandung banyak unsur nitrogen (N). Pada fase berbunga atau berbuah gunakan pupuk yang banyak mengandung fosfor (P) dan kalium (K). Pemakaian urea tidak dianjurkan untuk memupuk buah naga, karena sering mengakibatkan busuk batang.
Pemupukan dengan pupuk kompos atau pupuk kandang dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan dosis 5-10 kg per lubang tanam. Pada saat berbunga dan berbuah berikan pupuk tambahan NPK dan ZK masing-masing 50 dan 20 gram per lubang tanam. Pada tahun berikutnya perbanyak dosis pemberian pupuk sesuai dengan ukuran tanaman. Pupuk tambahan berupa pupuk organik cair, pupuk hayati atau hormon perangsang buah bisa diberikan untuk memaksimalkan hasil.

b. Penyiraman

Penyiraman bisa dilakukan dengan mengalirkan air pada parit-parit drainase. Selain itu juga bisa menggunakan gembor atau irigasi tetes. Sistem irigasi tetes lebih hemat air dan tenaga kerja namun perlu investasi yang cukup besar.
Penyiraman dengan parit drainase dilakukan dengan merendam parit selama kurang lebih 2 jam. Bila penyiraman dilakukan dengan gembor, setiap lubang tanam disiram dengan air sebanyak 4-5 liter. Frekuensi penyiraman 3 kali sehari di musim kering, atau sesuai dengan kondisi tanah.
Penyiraman bisa dikurangi atau dihentikan ketika tanaman mulai berbunga dan berbuah. Pengurangan atau penghentian penyiraman bertujuan untuk menekan pertumbuhan tunas baru sehingga pertumbuhan buah bisa maksimal. Penyiraman tetap dilakukan apabila tanah terlihat kering dan tanaman layu karena kurang air.

c. Pemangkasan

Terdapat setidaknya tiga tipe pemangkasan dalam budidaya buah naga, yakni pemangkasan untuk membentuk batang pokok, pemangkasan membentuk cabang produksi dan pemangkasan peremajaan.
Pemangkasan untuk membentuk batang pokok dilakukan pada batang bibit tanaman. Tanaman yang baik memiliki batang pokok yang panjang, besar dan kokoh. Untuk mendapatkan itu pilih tunas yang tumbuh di bagian paling atas batang awal. Tunas yang tumbuh dibawahnya sebaiknya dipotong saja.
Pemangkasan untuk membentuk cabang produksi dilakukan pada tunas yang tumbuh pada batang pokok. Pilihlah 3-4 tunas untuk ditumbuhkan. Nantinya tunas ini akan menjadi batang produksi dan tumbuh menjuntai ke bawah. Tunas yang ditumbuhkan sebaiknya yang ada di bagian atas, sekitar 30 cm dari ujung atas.
Pemangkasan peremajaan dilakukan terhadap cabang produksi yang kurang produktif. Biasanya sudah berbuah 3-4 kali. Hasil pangkasan peremajaan ini bisa dijadikan sumber bibit tanaman.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemangkasan adalah bentuk tanaman. Biasanya tanaman buah naga tumbuh tidak teratur. Upayakan agar tunas-tunas yang dipilih bisa membentuk tanaman dengan baik. Sehingga percabangan tidak terlalu rimbun dan batang yang ada dibawah tajuk bisa terkena sinar matahari dengan maksimal

{[['']]}

Pengendalian Hama dan Penyakit

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit

Lakukan penyemprotan pestisida secara berseling atau ganti bahan aktif (bahan aktif seperti yang telah disebutkan di atas) setiap kali melakukan penyemprotan, hindari penggunaan bahan aktif yang sama secara berturut-turut agar tidak hama dan penyakit tidak resisten (kebal).

PANEN

 Image result for panen padi

Buah padi dapat dipanen saat 95% malai menguning. Ketepatan waktu panen sangat mempengaruhi kualitas bulir padi maupun kualitas beras. Panen terlalu cepat menyebabkan prosentase butir hijau tinggi, berakibat sebagian biji tidak terisi atau rusak saat digiling. Sedangkan pemanenan terlambat menyebabkan hasil berkurang karena butir mudah lepas dari malai serta beras pecah saat digiling.
Perontokan padi dilakukan segera setelah tanaman padi dipotong menggunakan sabit, agar kualitas gabah maupun beras giling tinggi. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras. Selain itu beras menjadi kurang bersih.
{[['']]}

Penyebab padi gagal panen

PENYAKIT TANAMAN PADI

 Image result for gambar padi

Hawar Daun Bakteri

Hawar daun bakteri yang menyerang tanaman padi adalah bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB) menyerang di semua musim, baik musim kemarau maupun musim hujan serta di semua tempat baik pertanaman padi di dataran rendah maupun dataran tinggi. Ketika musim hujan penyakit ini biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil akibat serangan penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.
Pengendalian dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas tahan serangan BLB, serta pemupukan berimbang. Pengendalian secara kimiawi dapat menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

Hawar Daun Jingga

Hawar daun jingga yang menyerang tanaman padi sawah disebabkan oleh cendawan Pseudomonas sp. Penyakit hawar daun jingga (Bacterial Red Stripe/BRS) tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa-Sumatera, terutama di dataran rendah (<100 m dpl). Saat musim kemarau, serangan terjadi pada fase generatif. Di Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini dijumpai merata di kabupaten Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon. Varietas tahan hawar daun jingga sampai saat ini belum tersedia. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa perkembangan penyakit HDJ sangat dipengaruhi oleh perlakuan selama proses budidaya seperti pemupukan, jarak tanam, serta pengairan.
Pengendalian penyakit hawar daun jingga selama budidaya dilakukan dengan pemupukan berimbang, jarak tanam lebar, serta pengeringan secara berkala. Pengendalian kimiawi bakterisida dari golongan antibiotik, bahan aktif yang bisa digunakan antara lain streptomisin sulfat, oksitetrasiklin, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasannya.

Hawar Pelepah

Serangan ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani kuhn. Penyakit hawar menyerang tanaman padi baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Gejala penyakit dimulai dari bagian pelepah dekat permukaan air, berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat sedangkan bagian tengah berwarna putih pucat. Hawar pelepah muncul sejak dikembangkan varietas padi beranakan banyak, didukung oleh pemberian pupuk kandungan nitrogen tinggi secara berlebihan, serta cara tanam berjarak rapat. Kehilangan hasil produksi akibat serangan penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.
Cara pengendalian penyakit ini adalah dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, serta aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida, asam fosfit, kasugamisin, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk yang tertera di kemasan.

Penyakit Busuk Batang

 

Penyakit busuk batang yang menyerang tanaman padi sawah adalah candawan Helminthosporium sigmoideum. Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama tanaman padi di Indonesia. Penyakit ini selalu ditemukan di setiap musim tanam mulai dari kategori infeksi ringan sampai sedang. Saat musim hujan, lebih dari 60% tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami kerebahan akibat terinveksi cendawan H. Sigmoideum. Kerebahan menyebabkan prosentase gabah hampa meningkat. Kehilangan hasil produksi akibat serangan penyakit ini mencapai 25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada varietas padi beranakan banyak, terutama ditanam di lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek.
Cara pengendaliannya adalah dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk yang tertera di kemasan.

Penyakit Blas

 

Penyakit blas yang menyerang tanaman padi disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea. Blas merupakan penyakit penting terutama padi gogo. Daerah endemik penyakit blas di Indonesia diantaranya Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tangah, Sulawesi Tenggara, serta Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan serius karena banyak ditemukan di beberapa varietas di Jalur Pantura Jawa Barat. Penyakit blas menginfeksi tanaman di semua stadium, disamping itu juga menyebabkan tanaman puso. Saat tanaman memasuki fase vegetatif serangan biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Sedangkan saat memasuki fase generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai, disebut blas leher (neck blast). Pemupukan tidak berimbang, terutama kandungan nitrogen tinggi disertai kondisi kekurangan air sangat disenangi oleh penyakit ini. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit akan semakin tinggi.
Pengendalian penyakit blas selama budidaya antara lain dengan pengaturan jarak tanam, penggunaan benih bebas infeksi patogen, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.

Bercak Daun Cercospora

Bercak daun cercospora selama budidaya disebabkan oleh cendawan Cercospora leaf spot. Penyakit ini sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot), disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae Miyake. Bercak daun cercospora merupakan salah satu jenis penyakit merugikan terutama budidaya untuk padi sawah tadah hujan yang kahat (kekurangan) kalium. Penurunan hasil akibat serangan penyakit ini disebabkan oleh keringnya daun sebelum waktunya serta keringnya pelepah daun (menyebabkan tanaman rebah). Gejala serangan ditandai adanya bercak-bercak sempit memanjang pada daun, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, berukuran panjang kurang lebih 5 mm, lebar 1-1,5 mm. Saat tanaman padi membentuk anakan, bercak ini semakin meningkat. Infeksi batang dan pelepah meyebabkan batang maupun pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah.
Cara pengendaliannya dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, serta melakukan pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.

Bercak Daun Coklat

 

Penyakit daun coklat yang menyerang tanaman padi adalah cendawan Helminthosporium oryzae. Gajala serangan ditandai bercak coklat pada daun berbentuk oval merata di permukaan daun dengan titik tengah berwarna abu-abu atau putih. Titik abu-abu di tengah bercak merupakan gejala khas penyakit bercak daun coklat di lapangan. Bercak masih muda berwarna coklat gelap atau keunguan berbentuk bulat. Serangan berat menyebabkan jamur menginfeksi gabah, gejalanya bercak berwarna hitam atau coklat gelap).
Cara mengendaliak penyakit bercak daun coklat selama budidaya diantaranya dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, serta pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif azoxistrobin, belerang, difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasannya.

Penyakit Tungro

Image result for Penyakit Tungro pada padi

Penyakit tungro pada tanaman padi adalah virus batang tungro padi (rice tungro bacilliform virus, RTBV) maupun virus bulat tungro padi (rice tungro spherical virus, RTSV). Penyakit tungro merupakan penyakit padi yang kompleks, kedua virus ditularkan secara semipersisten oleh beberapa spesies hama wereng hijau maupun hama wereng daun lainnya. Infeksi virus tungro menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning dari ujung daun, daun kuning nampak sedikit melintir serta jumlah anakan lebih sedikit dari tanaman sehat. Secara umum hamparan tanaman padi terlihat berwarna kuning disertai tinggi tanaman tidak merata, serta terlihat spot-spot tanaman kerdil.
Virus tugro dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan serangga vektor penular virus, terutama pengendalian hama wereng hijau. Aplikasi insektisida untuk mematikan secara cepat hama wereng hijau agar efisien dengan memperhatikan dampak pestisida terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi ancaman tungro.
{[['']]}

Teknik menanam padi



PEMELIHARAAN TANAMAN PADI SAWAH

Penyulaman

 

Penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 2 minggu. Penyulaman jangan terlalu tua karena mengakibatkan pertumbuhan tanaman padi nantinya menjadi tidak seragam, sehingga pemanenan kurang serempak.

Sanitasi Lahan dan Pengairan

Sanitasi lahan pada budidaya meliputi : penyiangan (pengendalian rumput/gulma), pencabutan tanaman padi terserang hama dan penyakit. Penyiangan dalam budidaya ini dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum pemupukan kedua dan ketiga dengan cara mencabut gulma atau menggunakan alat gosrok/landak. Bila pertumbuhan gulma cukup cepat, maka penyiangan bisa dilakukan hingga 3 kali.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengairan adalah pengaturan air agar tetap dalam kondisi macak-macak. Tinggi air tidak lebih dari 1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10 hari menjelang panen.

Pemupukan Susulan

 

Melakukan pemupukan susulan selama budidaya merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian serius, karena nutrisi tanaman padi harus tetap tersedia sepanjang masa untuk menghasilkan produksi optimal. Pupuk susulan dapat diberikan melalui daun maupun akar tanaman. Pupuk akar diberikan sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama diberikan saat tanaman padi berumur 7 HST sebanyak 150 kg/ha NPK (15-15-15), dan 50 kg/ha pupuk urea. Pemupukan kedua dilakukan saat tanaman padi berumur 20 HST, menggunakan urea sebanyak 50 kg/ha, NPK 15-15-15 150 kg/ha. Selanjutnya, pemupukan ketiga dilakukan saat tanaman berumur 35 HST menggunakan NPK 250 kg/ha.
Pupuk daun diberikan melalui penyemprotan, agar lebih hemat waktu maupun tenaga kerja, pemberian pupuk daun dapat bersamaan saat melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Saat tanaman padi berumur 14 hst, berikan pupuk daun nitrogen tinggi dengan konsentrasi 2 gr/liter. Pupuk daun P dan K tinggi diberikan saat umur 30 dan 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium saat umur 30 hst menggunakan pupuk MKP (2 gr/liter), sedangkan saat berumur 45 hst berikan 4 gr/liter.
{[['']]}
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Perternakan dan pertanian - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger