{[['']]}
1. PELUANG
Jagung merupakan komoditas pangan
sumber karbohidrat kedua setelah beras, sangat penting untuk ketahanan pangan. Jagung juga
berperan penting dalam industri pakan ternak dan industri pangan. Dalam kurun
lima tahun terakhir, kebutuhan jagung nasional untuk bahan industri pakan,
makanan dan minuman meningkat ±10%-15%/tahun.
Pengembangan jagung diarahkan
untuk mewujudkan Indonesia menjadi produsen jagung yang tangguh dan mandiri
pada tahun 2025 dengan ciri-ciri produksi yang cukup dan efisien, kualitas dan
nilai tambah yang berdaya saing, penguasaan pasar yang luas, meluasnya peran
stakeholder, serta adanya dukungan pemerintah yang kondusif. Dalam periode
2005-2025, produksi jagung nasional diproyeksikan rata-rata tumbuh sebesar
4,26%.
Kondisi di atas menggambarkan
bahwa komoditi jagung mempunyai peluang yang sangat besar.
Jagung banyak diolah dalam bentuk
tepung, makanan ringan atau digunakan untuk bahan baku pakan ternak. Hampir
seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia baik langsung
maupun tidak langsung. Sejalan dengan perkembangan industri pengolah jagung
dan perkembangan sektor peternakan, permintaan akan jagung
cenderung semakin meningkat.
Sebagai daerah yang paling dengan
pusat pelayanan (ibu kota Propinsi Jawa Barat), pengembangan jagung di Kabupaten
Sumedang memiliki keunggulan komparatif dibanding daerah lain karena proses
produksi dan distribusi hasil dapat dikembangkan lebih efisien.
3.1. Iklim
- Iklim sedang
hingga daerah beriklim basah.
- Pada lahan tidak
beririgasi, curah hujan ideal 85-200 mm/bulan dan harus merata.
- Sinar matahari
cukup dan tidak ternaungi
- Suhu 21-340C,
optimum 23-270C. Perkecambahan benih memerlukan suhu ± 300C.
3.2. Media Tanam
- Tanah gembur,
subur dan kaya humus.
- Jenis tanah:
andosol, latosol, grumosol, dan tanah berpasir. Tanah grumosol memerlukan
pengolahan tanah yang baik. Tanah terbaik bertekstur lempung/liat berdebu.
- pH tanah
5,6 - 7,5.
- Aerasi dan
ketersediaan air dalam kondisi baik.
- Kemiringan ≤
8%, lahan miring > 8%, perlu di teras.
- Tinggi tempat
1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl.
5. TEKNOLOGI BUDIDAYA
5.1. Penyiapan Benih
1) Persyaratan Benih
- Bermutu tinggi,
baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya.
- Berasal dari
varietas unggul (daya tumbuh besar, murni, tidak mengandung kotoran, tidak
tercemar hama dan penyakit). Benih yang terjamin adalah benih bersertifikat.
2) Penyiapan Benih;
-
Benih jagung komposit dapat diperoleh dari penanaman sendiri, dari jagung yang
tumbuh sehat.
-
Dari tanaman terpilih, diambil jagung yang tongkolnya besar, barisan biji lurus
dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit.
-
Tongkol dipetik setelah lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji mengeras
dan sebagian besar daun menguning.
-
Tongkol dikupas dan dikeringkan, bila benih akan disimpan dalam jangka lama,
setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan di tempat kering.
-
Dari tongkol kering, diambil biji bagian tengah. Biji di bagian ujung dan
pangkal tidak digunakan sebagai benih.
-
Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Benih yang dibutuhkan adalah sebanyak 20-30
kg/ha.
3)
Perlakuan Benih
Sebelum
benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan fungisida, terutama apabila diduga
akan ada serangan jamur. Bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat
agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan
insektisida butiran dan sistemik.
5.2. Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah bekas pertanaman
padi dilaksanakan setelah membabad jermi. Jerami dapat digunakan sebagai
mulsa/penutup tanah setelah jagung ditanam. Kegunaan mulsa yaitu mengurangi
penguapan tanah, menghambat pertumbuhan gulma, menahan pukulan air hujan dan
lama kelamaan mulsa menjadi pupuk hijau. Pengolahan tanah pada lahan kering
cukup sampai dengan kedalaman 10 cm dan semua limbah digunakan sebagai mulsa.
Pada saat pengolahan tanah setiap
3 m perlu disiapkan saluran air sedalam 20 cm dan lebar 30 cm yang berfungsi
untuk memasukkan air pada saat kekurangan air dan pembuangan air pada saat air
berlebih.
Tanah dengan pH kurang dari 5,0,
harus dikapur 1 bulan sebelum tanam. Jumlah kapur yang diberikan 1-3 ton/ha
untuk 2-3 tahun disebar merata atau pada barisan tanaman, Dapat pula digunakan
dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman atau
menggunakan mineral zeolit dengan dosis sesuai dengan petunjuk produsen.
1). Minimum Tillage
Pada lahan-lahan yang peka
terhadap erosi, budidaya jagung perlu diikuti dengan usaha-usaha konservasi
seperti penggunaan mulsa dan sedikit mungkin pengolahan tanah. Bila waktu tanam
mendesak, pengolahan tanah dapat dilakukan hanya pada barisan tanaman saja,
selebar 60 cm dengan kedalaman 15 – 20 cm
2). Zero Tillage (tanpa pengolahan tanah)
Pemberantasan gulma menggunakan
herbisida 2-3 lt/ha. Tanah dicangkul hanya untuk lubang tanaman.
5.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
- Tumpang sari (Intercropping);
Penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda).
- Tumpang gilir (Multiple
Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.
- Tanaman
bersisipan (Relay Cropping): dengan cara menyisipkan satu/beberapa jenis
tanaman selain jagung. Misalnya waktu jagung menjelang panen disisipkan
kacang panjang.
- Tanaman
Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan
tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya. Pada pola ini
lahan efisien, tetapi riskan terhadap hama dan penyakit.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan tugal
sedalam 3-5 cm, tiap lubang diisi 1 butir benih. Jarak tanam disesuaikan dengan
umur panen. Jagung berumur ≥ 100 hari jarak
tanam 40 x 100 cm (2 tanaman /lubang). jagung.berumur 80-100 hari, jarak
tanamnya 25 x 75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung. berumur < 80
hari, jarak tanam 20 x 50 cm (1 tanaman/lubang).
3)
Cara Penanaman
Saat tanam tanah dalam keadaan lembab dan tidak
tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi, kecuali bila diduga 1-2 hari
lagi hujan akan turun. Jumlah benih per lubang tergantung keinginan, bila
dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji/lubang, bila
dikehendaki 1 tanaman/lubang, maka benih yang dimasukkan 2 biji/lubang.
4) Lain-lain
Di lahan irigasi jagung ditanam pada musim kemarau. Di
sawah tadah hujan ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada
awal musim hujan dan akhir musim hujan.
5.4.
Pemeliharaan
1)
Penjarangan dan Penyulaman
Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman dan hanya
dikehendaki 2 atau 1, tanaman yang tumbuh paling tidak baik, dipotong dengan
pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman
secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain.
Benih yang tidak tumbuh/mati perlu disulam, kegiatan
ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Penyulaman menggunakan benih dari jenis
yang sama.
2)
Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada
tanaman muda menggunakan tangan, cangkul kecil, garpu. Penyiangan harus
hati-hati agar tidak mengganggu perakaran yang belum kuat mencengkeram tanah.
3)
Pembumbunan
Pembumbunan bersamaan dengan penyiangan dan pemupukan
pada umur 6 minggu. Tanah di kanan dan kiri barisan jagung diurug dengan
cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman, membentuk guludan memanjang.
Pembubunan juga dilakukan bersamaan penyiangan kedua.
6. HAMA DAN PENYAKIT
a)
Lalat bibit (Atherigona exigua Stein):
Gejala: daun kekuning-kuningan;
di sekitar bagian terserang terjadi pembusukan, akhirnya tanaman layu,
pertumbuhan kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna
lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dan bergaris, warna perut coklat
kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian:
(1) penanaman serentak dan pergiliran tanaman; (2) tanaman terserang dicabut
dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan areal dijaga dan
diperhatikan terutama dari tanaman inang; (4) pengendalian secara kimiawi
menggunakan insektisida efektif.
b)
Ulat pemotong
Gejala: tanaman terserang
terpotong beberapa sentimeter di atas permukaan tanah ditandai dengan bekas
gigitan pada batang, akibatnya tanaman jagung muda roboh di atas tanah.
Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera
litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek
buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) tanam
serentak pada areal yang luas dan pergiliran tanaman; (2) mencari dan membunuh
ulat yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum lahan ditanami jagung,
disemprot dengan insektisida.
6.2. Penyakit
a)
Penyakit bulai (Downy mildew):
Penyebab: cendawan Peronosclerospora
maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis. merajalela
pada suhu diatas 270C dan udara lembab. Gejala: (1) pada tanaman
berumur 2-3 minggu, daun runcing, kecil, kaku dan pertumbuhan terhambat, warna
menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2)
pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman terserang mengalami gangguan
pertumbuhan, daun berubah warna dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol
berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis
kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman awal musim hujan; (2)
pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) tanaman
terserang, kemudian dimusnahkan.
b) Penyakit
bercak daun (Leaf bligh).
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala:
pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi
warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal
daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat
kekuning- kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh
permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman guna
menekan meluasnya cendawan; (2) mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar
kondisi lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan fungisida.
c)
Penyakit karat (Rust) ;
Penyebab: cendawan
Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora Underw. Gejala: pada
tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang
berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna
kuning kecoklatan, serbuk cendawan kemudian berkembang dan memanjang, akhirnya
karat dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk. Pengendalian: (1) mengatur
kelembaban pada areal tanam; (2) menanam varietas tahan; (3) melakukan sanitasi
(4) kimiawi menggunakan pestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.
d)
Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut);
Penyebab: cendawan Ustilago
maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo
maydis DC. Gejala: pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke
dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall),
pembengkakan ini menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan
kelenjar keluar dari pembungkus dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur
kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2)
memotong bagian tanaman kemudian dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur
dengan fungisida secara merata.
e)
Penyakit busuk tongkol dan busuk biji;
Penyebab: cendawan Fusarium atau
Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella
fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui
setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau
merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian:
(1) menanam jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak
tanam, perlakuan benih; (2) penyemprotan dengan fungisida setelah ditemukan
gejala serangan.
7. PANEN
7.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen jagung tergantung pada
varietas yang ditanam, tetapi biasanya 2 bulan setelah 50% keluar rambut. Ciri
tanaman jagung yang siap dipanen adalah:
- Klobot kering berwarna kuning
- Bila dikupas biji mengkilap.
- Bila biji ditekan dengan kuku
tidak berbekas.
- Terdapat bintik hitam pada bagian
biji yang melekat pada tongkol
7.2. Cara Panen
- Sebelum dipanen
dapat dilakukan pemangkasan batang bagian atas untuk menurunkan kadar air
tonggol disertai dengan pengupasan klobot sebagian atau seluruhnya
- Cara panen
dengan memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dengan mematahkan tangkai buah.
Pada lahan yang luas dan rata bisa menggunakan alat mesin pemetikan.
8. PASCAPANEN
8.1. Pengupasan
Jagung dikupas pada saat masih
menempel di batang atau setelah di petik. Pengupasan dilakukan untuk menjaga
agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji
tidak menimbulkan kerusakan atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan
dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan.
8.2. Pengeringan
Pengeringan jagung dapat
dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional jagung dijemur di bawah
sinar matahari sampai kadar air 9–11%. Penjemuran memakan waktu ± 7-8 hari.
Penjemuran dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan
cara diikat dan digantung.
Pengeringan buatan pada musim
hujan dilakukan dengan mesin pengering, Suhu pengeringan 38-430 C,
sehingga kadar air turun menjadi 12-13%. Penundaan waktu pengeringan selama 2
hari dapat meningkatkan kontaminasi Aspergilus flavus yang dapat
meningkatkan alfa toxin yang dapat meracuni manusia dan hewan.dari 14
pbb menjadi 94 pbb (ambang batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb).
8.3. Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering
jagung dipipil menggunakan tangan atau alat pemipil bila jumlah produksi cukup
besar. Untuk memudahkan pekerjaan pemipilan dilakukan pada tongkol
kering dan kadar air bji 18%-20%.
8.4. Penyimpanan
a) Tempat
Penyimpanan
-
Letak gudang strategis, arah bangunan membujur dari barat ke timur sehingga
luas dinding yang tertimpa sinar dapat dikurangi dan gudang tetap dalam kondisi
dingin.
-
Guna menghindari serangan hama, gudang dibersihkan. Kontruksi gudang perlu
diperhatikan dari kemungkinan kebocoran, sirkulasi udara yang cukup dan
keamanan.
-
Ventilasi gudang harus cukup sehingga suhu dalam tetap stabil dan merata.
-
Tempat penyimpanan berlantai dilengkapi lantai palsu dengan tinggi minimal 15
cm, sehingga jagung tidak kontak langsung dengan lantai.
-
Hindari celah pada dinding yang dapat dijadikan persembunyian hama.
-
Sekeliling gudang bersih dari semak agar tidak dimanfaatkan tikus untuk
memanjat, dan gudang tidak lembab.
b)
Penyimpanan untuk benih :
- Bentuk tongkol
berkelobot, jagung di gantung di para-para dengan pengasapan tiap hari.
- Bentuk pipilan,
setelah dicampur dengan abu kering, biji bungkus rapat-rapat dengan plastik
kedap udara, kemudian simpan dalam wadah dan ditutup. Wadah dapat berupa
semacam silo kayu atau drum. Jika kadar air biji 10%, maka campuran abu tidak
diperlukan.
c)
Penyimpanan untuk konsumsi :
Untuk bentuk pipilan dengan kadar air 12%, jagung
dibungkus secara rapat dengan plastik kedap udara atau kaleng, atau dibungkus
dengan plastik dilapisi karung dan disimpan dalam tempat bersih dan kering.
9. STANDAR
PRODUKSI
9.1.Ruang
Lingkup
Standar produksi tanaman jagung meliputi: standar
klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan,
pengemasan dan rekomondasi.
9.2.Diskripsi
Standar mutu jagung di Indonesia
tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-03920-1995.
9.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Berdasarkan warnanya, jagung kering
dibedakan menjadi :
- Jagung kuning
adalah jagung yang sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna kuning),
- Jagung putih
adalah jagung yang sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna putih
- Jagung campuran
adalah jagung yang tidak memenuhi kedua syarat tersebut.
a) Syarat Umum
- Bebas hama
dan penyakit.
- Bebas bau
busuk, asam, atau bau asing lainnya.
- Bebas dari
bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
- Memiliki suhu
normal.
b) Syarat Khusus
Untuk mendapatkan standar mutu yang disyaratkan maka
dilakukan beberapa pengujian diantaranya:
- Penentuan adanya
hama dan penyakit, dilakukan secara organoleptik kecuali adanya bahan kimia
dengan menggunakan indera pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan
peralatan dan cara yang diperbolehkan.
- Penentuan
adanya butir rusak, warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan secara manual
dengan pinset. Contoh uji 100 gram/sampel. Persentase butir-butir warna lain,
butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat tiap komponen
dibandingkan berat contoh analisa x 100 %
- Penentuan kadar
air biji ditentukan dengan Moisture Tester Electronic atau ”Air Oven Methode”
(ISO/r939-1969E atau OACE 930.15). Penentuan kadar aflatoxin adalah racun hasil
metabolisme cendawan Aspergilus flavus, Aflatoxin disini adalah jumlah
semua jenis aflatoxin yang terkandung dalam biji-biji kacang tanah.
9.4.Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak
sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap
partai barang, dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh
tersebut dicampur hingga rata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil
secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai
contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi
label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.
9.5 Pengemasan
Pengemasan dengan karung bersih dijahit
bagian atasnya, berat netto maksimum 75 kg. dan tahan mengalami “handling”
waktu pemuatan dan pembongkaran. Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk
curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dan jelas terbaca
antara lain: a) Produce of Indonesia, b) Daerah asal produksi, c) Nama dan mutu
barang, d) Nama perusahaan/pengekspor, e) Berat bruto, f) Berat netto, g) Nomor
karung, h) Tujuan.
Posting Komentar